dhani naughty

dhani naughty
baguzzz

daftar community

dhani community

dhani management

dhani management
kerend
Powered By Blogger

Rabu, 11 Agustus 2010

Kekeluargaan

Kekeluargaan? Kalau di dalam anggota keluarga sendiri memang hal ini mudah didapatkan dan dirasakan. Tetapi ketika sudah berada di luar lingkup keluarga sendiri rasanya akan sedikit sulit untuk mendapatkannya. Sebenarnya untuk mendefinisikan kekeluargaan dengan kata-kata itu terasa sangat sulit. Coba kita pikirkan? Kalau seseorang bertanya apakah kekeluargaan itu? Sangat sulit untuk dijawab. Kita merasakannya dan tidak bisa mengungkapkannya. Kita bisa merasakan apakah kekeluargaan itu sudah ada atau belum, tapi kita tidak bisa menjelaskan bagaimana bentuk kekeluargaan yang diinginkan oleh kita sendiri.

Ada saatnya kekeluargaan sangat dibutuhkan untuk bekerjasama. Dalam berorganisasi pun sangatlah dibutuhkan. Kenapa dibutuhkan? Karena kalau dirasa kerjasama yang erat bisa berlangsung dengan sukses jika para anggotanya bisa merasakan apa yang dirasakan oleh satu sama lain. Dan terlebih lagi jika anggotanya saling peduli satu sama lain, maka sangat diyakini bahwa suatu pekerjaan akan mencapai kesuksesan.

Tapi ketika kekeluargaan itu hanyalah omongan belaka tanpa bukti nyata. Memang ketika kita diminta untuk membuktikan kekeluargaan yang dimiliki, itu adalah hal yang sulit. Coba saja ketika kita diminta membuktikan rasa kekeluargaan dengan kakak atau adik kita. Bagaimana cara membuktikannya? Apakah dengan memberikan akta kelahiran atau kartu keluarga? Rasanya bukan. Apakah dengan sekedar berpelukan atau bagaimana? Sepertinya bukan dengan cara itu semua. Lalu bagaimana? Saya rasa hanya dengan melihat tingkah laku saja semua bisa dibuktikan bahwa kekeluargaan itu telah ada.

Persahabatan bisa memunculkan rasa kekeluargaan. Tapi ketika persahabatan itu baru mulai terjalin dan pada saat itu juga kita menyebutkan bahwa persahabatan itu telah membentuk sebuah rasa kekeluargaan, rasanya semua itu hanya kebohongan belaka. Ketika persahabatan baru dibina, kekeluargaan itu belum tentu sudah terbentuk. Sahabat, belum tentu keluarga. Jika persahabatan sudah lama terjalin, kemungkinan adanya kekeluargaan itu sangat besar.

Kalau kekeluargaan benar-benar sudah ada, maka hargailah dan jagalah hubungan itu sebaik-baiknya. Jangan pernah biarkan anggota keluarga kita tersakiti atau disakiti oleh orang lain. Saling menjaga agar masing-masing individu bisa berbahagia.
AZAS KEKELUARGAAN YANG MENGAKAR KUAT DI INDONESIA

Sambil menjaga anak-anak ujian, saya mengamati soal yang sedang mereka hadapi. Di nomor 6 terlihat sebuah pertanyaan yang membuat hati kecil saya ingin menuliskan sesuatu di blog biru ini untuk menumpahkan uneg-uneg dan pikiran terpendam tentang makna kekeluargaan. Karena kekeluargaan inilah bangsa Indonesia menjadi seperti sekarang ini... Hmm...

Klik gambar untuk memperbesar

Kekeluargaan. Kata ini yang banyak beredar di buku PMP (PPKn atau PKn sekarang) atau juga ditemukan di buku Ekonomi dan ilmu sosial lainnya jaman sekolah dulu. Kata yang sangat sering terdengar saat guru menerangkan dan seperti yang tercantum dalam banyak soal ujian mata pelajaran PMP dan beragam ilmu sosial itu.

Kekeluargaan berasal dari kata keluarga yang mendapat awalan ke- dan akhiran -an. Keluarga sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, kula artinya saya dan warga yang artinya orang disekitar kita. Keluarga memiliki makna orang yang masih sealiran darah dengan kita.

Makna kekeluargaan sendiri lebih pada sebuah paham atau azas dimana dengan kekeluargaan semua masalah susah menjadi mudah. Azas kekeluargaan ini mencakup muatan nilai-nilai seperti kerja sama, kebersamaan, keadilan, dan partisipasi.. Itu intinya, dan menurut pelajaran semasa sekolah dulu bangsa kita memang terkenal akan paham kekeluargaannya. Haha....

Karena kekeluargaan ini pula Indonesia sempat melejit di daftar negara korup penuh kasus korupsi dan koruptor kakap di dunia. KKN menjadi bagian dari bangsa yang merupakan perwujudan dari azas kekeluargaan. Dengan paham kekeluargaan, hukum pun seakan menjadi tanpa arti.

Ketika ada permasalahan antar golongan masyarakat, melalui sistem kekeluargaan semua akan baik-baik saja. Begitu pula saat terkena razia polisi di jalan yang akan aman jika menerapkan prinsip kekeluargaan. Hmm... Intinya penyelesaian masalah menggunakan metode kekeluargaan itu aman dan cepat... Hahaha...

Dan yang menjadi rahasia publik adalah sistem kekeluargaan yang diterapkan di penyaringan calon pegawai negeri sipil baru di banyak daerah. Tak perlu disangsikan lagi inilah buah dari pembelajaran sekolah tentang makna luas kekeluargaan. Hihi...

Birokrasi maupun lobi-lobi permasalahan bisa lancar seketika ketika salam tempel dan amplop berpindah atas nama kekeluargaan. Jalur pendidikan ekspres pun ada lewat metode kekeluargaan, bayar uang ijazah pun jadi dalam beberapa hari. Tak perlu 4 tahun berjuang mati-matian susah payah untuk menggondol gelar Sarjana. Semua berkat kekeluargaan.

Karena kekeluargaan pula banyak bisnis mapan menggurita di banyak sektor dan menjadi penguasa tumpukan uang yang melimpah ruah.... Kekeluargaan memang menjadi khas-nya bangsa ini. Bangsa yang terkenal dengan azas kekeluargaannya. Kekeluargaan pula membuat kekuasaan bertahan lama dan menjadi semacam dinasti kekuasaan. Oh.. Kekeluargaan....

kekeluargaan dan perasaan positif
Karena kita keluarga, buat kami di GAMAIS tiga rangkaian kata ini memiliki makna yang mendalam. Lebih dari itu tiga kata ini adalah sebuah kekuatan yang menjadi landasan kami membangun semua organisasi dakwah ini. Bukan organisasi sepertinya, akan tetapi kami lebih memilih menyebutnya sebagai keluarga dakwah yang Allah berikan kepada kami. Allah mempertemukan kami di GAMAIS untuk berkeluarga dan merajut sebuah cita dakwah yang mulia. Kekeluargaan menjadi sebuah hal yang sangat berharga dalam sebuah organisasi dakwah. Mengingat bahwa organisasi bersifat non-profit dan mungkin bisa dianggap non-benefit dunia juga untuk beberapa orang.

Peran kekeluargaan ini sangat diharapkan untuk menyatukan hati hati kader dakwah. Perlu diingat semakin berkembangnya sebuah LDK, kader yang tergabung dalam barisan ini lebih bervariatif. Pada awal LDK bisa jadi yang masuk ke LDK adalah seorang yang telah terbina dan mampu membina dengan baik. Akan tetapi, dikala era semakin terbuka, kader yang masih jauh kepahamannya dari Islam pun semakin banyak yang masuk ke LDK. Seperti contoh kader kami masih ada yang belum berjilbab, masih ada yang merokok, masih ada yang banyak melakukan banyak maksiat. Akan tetapi, ini bukan lah hal yang harus diperdebatkan. Justru inilah hal yang harus disyukuri, kenapa ? karena ini menunjukkan dua hal. Pertama, LDK kita telah terbuka dan tidak tampak eksklusif, sehingga semakin banyak orang yang bersedia belajar di LDK kita. Kedua, kita masih harus bersyukur bahwa Allah masih membukakan hati mahasiswa di kampus kita untuk bisa bergabung di LDK. Perlu diingat kembali bahwa LDK bukan tempat orang yang sudah sholeh, akan tetapi LDK adalah tempat orang yang belajar untuk lebih dekat kepada Allah.

Membentuk nuansa keluarga, itulah sebuah langkah awal untuk membuat kader nyaman di LDK. Sehingga, kader akan menjadikan LDK sebagai “rumah” dimana ia berhimpun, bersantai, tempat kembali, tempat mengadu, tempat tertawa dan tempat berjuang bersama. Ketika nuansa nyaman ini bisa dibentuk, maka produktifitas kader pun akan mengikuti. Nuansa keluarga bisa dibentuk dari hal yang sangat sederhana, atau lebih tepatnya memang membentuk nuansa keluarga harus dengan cara yang sederhana.

GAMAIS ITB memulai itu dengan nama dari LDK kami, Keluarga Mahasiswa Islam, dan dengan sebutan pemimpin di LDK yakni, kepala GAMAIS. Keluarga dengan seorang kepala, sehingga perasaan bersahabat muncul sejak awal untuk semua kader kita. Proses kekeluargaan disini terus berlanjut dengan berbagai cara, seperti senantiasa menyebut nama panggilan atau bahkan panggilan akrab kepada sesama kader. Seperti saya punya banyak nama panggilan, ada yang memanggil saya yusuf, ridwan, uChup, bahkan sampai cuppy, buat saya hal ini menunjukan sebuah kedekatan emosional antara kader dakwah. Dalam kondisi dimana usia pemimpin dan kader yang hanya terpaut satu sampai dua tahun, maka cara kharismatik sulit dilakukan, cara yang paling tepat untuk menyentuh hati kader adalah dengan keakraban dan kedekatan emosional.

Terkadang-atau sering mungkin-saya memanggil rekan dakwah saya dengan sebutan “my bro”, atau “my lovely BPH ( badan pengurus harian )” atau “my man” atau “BPH ku tercinta”, mungkin anda akan tertawa melihat panggilan ini, akan tetapi disinilah rasa keluarga itu terbentuk. Biasanya di LDK ada departemen rumah tangga dan kekeluargaan, bisa jadi departemen ini melakukan banyak manuver untuk mendekatkan sesama kader. Saya berpesan kepada kepala departemen rumah tangga dan kekeluargaan GAMAIS, “tugas kamu cuma satu, yakni memastikan semua kader kita bahagia”.

Cara sederhana lainnya, adalah dengan saling mengucapkan dan mendo’akan saat milad salah seorang kader. Di sekre LDK kami, dipasang jadwal milad kader setiap bulan, dan ketika hari-H milad, kami saling memberitahukan bahwa salah seorang kader kita milad, dan hal ini membuat banyak kader kami yang meng-sms, menelepon atau mengucapkan langsung do’a maupun pesan kepada kader yang milad hari tersebut. Sehingga hal ini membuat beliau merasa dihargai dan merasa banyak memperhatikan.

Ingat, bahwa ini adalah lembaga non-profit, yang bisa kita berikan adalah sebanyak-sebanyak penghargaan, mulai dari hal sederhana hingga yang besar kepada kader, agar ia senantiasa nyaman dalam berdakwah. Selanjutnya, makan bersama, cara ini adalah cara paling sering kami lakukan, biasanya kami shalat magrib bersama di masjid Salman ITB, setelah itu kami pergi makan bersama ke tempat makan yang unik, enak atau khas. Bisa dikatakan setiap hari, kami makan bersama setelah magrib, jika keadaan tidak memungkinkan untuk mencari tempat makan yang jauh, kami biasa makan di tempat dekat masjid Salman ITB. Memang jika dilihat, ini merupakan cara yang sangat sederhana, akan tetapi, ketika prosesi makan bersama ini terjadi, kita jadi bisa mengenal satu sama lain, memahami sifat satu sama lain, saling memberikan kepercayaan dengan meminjamkan uang untuk membayar makan ( maklum mahasiswa, kadang sedang tidak ada uang di dompet ). Atau dalam beberapa momen, proses makan bersama ini menjadi momen untuk membuat ide ide yang dahsyat untuk strategi dakwah.

Dalam kesempatan lain, olahraga bersama seringkali dilakukan untuk meningkatkan rasa bahagia dan kekeluargaan. Pekan lalu, kami di BPH GAMAIS mencoba meningkatkan rasa kekeluargaan ini dengan jalan jalan ke kawah putih, ciwidey. Perjalanan ini memang hanya untuk BPH ( maklum kami menjabat 1,5 tahun, jadi butuh di charge ulang ). Dalam perjalanan yang direncanakan mendadak ini, kami memang tidak membuat agenda tertentu di sana, kami memang hanya berniat jalan jalan, tertawa bersama dan bersenang-senang bersama. Alhasil, perjalanan ini sangat berkesan, dimulai dari pemberangkatan, kami harus menunggu angkot hingga 2 jam, sehingga kami belajar saling toleransi, di perjalanan kami bercerita tentang diri masing masing, ada yang melawak, ada yang curhat tentang kuliah, ada yang hanya sekedar “nyampah”, dan kami tidak sama sekali membahas tentang GAMAIS. Sesampainya disana, kekeluargaan ini semakin terasa, ketika kami makan bersama, berfoto-foto di tengah kawah putih bersama hingga akhirnya kami pulang dalam keadaan yang sangat bahagia. Apa yang kami lakukan ini membuat BPH ini semakin dekat dan dekat dan dengan harapan bisa lebih produktif dalam beramal.

Rasa kekeluargaan ini perlu dimulai dengan saling mengenal, tidak hanya saling mengetahui nama dan nomor telepon, akan tetapi perkenalan yang lebih mendalam. Saya terbiasa memulai sebuah tim dengan perkenalan yang lebih mendalam, yakni dengan mengetahui asal kota, tanggal lahir, kisah dibalik nama kita / makna nama , ukuran sepatu, makanan kesukaan, pengalaman unik di masa lalu, dan hal hal pribadi yang sekiranya bisa disampaikan. Dengan mengenal siapa rekan dakwah kita, perasaan dan prasangka yang ada akan selalu positif, karena kita sangat memahami pola pikir saudara kita, dan terbentuk “chemistry” antara sesama kader dakwah.

Mungkin banyak lagi sebetulnya cara cara sederhana, seperti mengirim sms untuk membangunkan shalat tahajud, atau sms berisikan nasehat, atau mungkin sms hanya sekedar untuk menanyakan keadaan dan apakah kawan kita sudah makan siang ? sangat sederhana sekali. Apapun yang dilakukan tentunya dengan sebuah tujuan, yakni untuk memberikan kenyamanan bagi kader dalam beramal.

Dampak dari kekeluargaan adalah perasaan bahagia dari kader di LDK. Perasaan bahagia dalam menjalankan amanah dakwah adalah bekal yang sangat penting dalam beramal, karena ini bisa menjadi sebuah kekuatan dengan pendekatan manusiawi yang akan membuat dakwah kader lebih bertahan lama dan penuh semangat. Pendekatan dengan cara kekeluargaan saya nilai sangat efektif untuk kader dakwah yang baru memulai beramal dakwah, karena cara ini lebih manusiawi dan tidak abstrak. Terkadang pemimpin LDK mencoba mengembalikan semangat kader dengan nasehat dan ceramah dari seorang ustadz, memang ini bisa berhasil, tapi biasanya berhasil untuk kalangan kader yang sudah sangat paham akan dakwah, untuk kader awal, nasehat atau ceramah dari ustadz justru membuat ia jenuh dan malas.

Selanjutnya setelah nuansa kekeluargaan ini terbentuk, kita perlu membangun sebuah perasaan positif dari kader dakwah. Terinspirasi oleh buku Quantum Ikhlas, kader dakwah perlu memiliki keyakinan yang mendalam akan sebuah cita-cita dakwah. Perasaan positif merupakan sebuah perasaan bahagia dari diri ini ketika memikirkan atau menjalankan sesuatu. Berbeda dengan berpikir positif, dimana berpikir positif hanya berkutat di pikiran, akan tetapi pikiran positif belum tentu sesuai dengan perasaan kita. Manusia diciptakan dengan perasaan, manusia juga diciptakan dengan default setting yang sama, dan manusia selalu melangkah tergantung apa yang hati katakan, atau apa yang manusia fokuskan. Sebagai contoh dalam buku Quantum Ikhlas, seorang yang sedang ber-diet, senantiasa berpikiran bagaimana ia bisa langsing, bagaimana ia bisa melakukan diet dengan teratur, akan tetapi ia sebetulnya sedang berfokus atau hatinya sedang tertekan dengan kenyataan bahwa ia adalah seorang yang gemuk. Hal ini menurut buku tersebut, membuat orang tersebut tidak akan kurus, karena hatinya atau apanya yang difokuskan adalah kata “gemuk”.

Kita perlu menata pikiran dan hati kader kita bahwa “LDK kita sudah baik, dan kita ingin LDK kita lebih baik”. Maksudnya disini, hati kita berkata dan bersyukur bahwa LDK sudah baik, dan kita ingin LDK menjadi lebih baik”, sehingga terjadi sinkronisasi antara hati dan otak, atau istilahnya connection between mind and soul. Hal inilah yang membuat sebuah LDK menjadi besar, keyakinan bahwa LDK kita adalah LDK yang baik yang akan membuat LDK ini baik, dan keyakinan kita yang mengatakan bahwa LDK kita buruk, akan membuat LDK kita akan menjadi buruk. Inilah yang mungkin terjadi pada dunia ke-LDK-an di Indonesia, LDK yang masih mula, senantiasa mengatakan bahwa LDKnya masih kacau, sehingga ia akan fokus pada “kacau”, sedangkan LDK yang sudah mapan, senantiasa mengatakan bahwa LDKnya sudah baik, sehingga akan memberikan dampak, LDKnya menjadi “lebih baik”. Anda adalah apa yang anda pikirkan tentang anda, LDK anda adalah apa yang anda pikirkan tentang LDK anda.

Sedikit bercerita, ketika awal menjadi kepala GAMAIS, LDK kami memang sudah baik, akan tetapi kontribusi ke nasional masih jauh dari harapan, seketika saya memimpin, saya punya pikiran, bahwa GAMAIS adalah LDK yang akan menjadi pionir pergerakan LDK nasional, dan GAMAIS akan menjadi kiblat LDK nasional, perlu di ingat, bahwa saat itu kami belum apa-apa di dunia FSLDK. Akan tetapi keyakinan ini senantiasa saya pegang dan saya sampaikan ke kader, bahwa GAMAIS adalah LDK nasional, dan alhasil, saat ini kader kami punya tanggung jawab lebih untuk berkontribusi secara nasional, dan dalam waktu sekitar 6 bulan setelah saya memimpin, GAMAIS ITB telah menjadi rujukan untuk pengelolaan LDK se-Indonesia. Hanya dimulai dari keyakinan, dan perasaan positif dan bahagia ketika memikirkan hal tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar